Motivasi Kerja

Dalam dunia bisnis dewasa ini, setiap perusahaan sudah lebih intensif melihat aspek sumber daya manusia sebagai kekuatan yang perlu dan harus dikembangkan. Ini terlihat dari banyak pernyataan bahwa karyawan adalah asset paling berharga dalam perusahaan, dan dalam pengembangan sumber daya manusia motivasi sangat berkaitan erat. Semakin karyawan termotivasi semakin tinggi produktivitasnya. Dalam psikologi, motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan mengapa orang berperilaku dengan cara tertentu. Menurut Bartol dan Martin (1998) motivasi merupakan kekuatan yang mengarahkan dan memelihara perilaku kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga komponen penting, yang pertama adalah penggapaian.Yaitu perasaan awal yang menarik seseorang untuk menetapkan sebuah tujuan dan menggapainya. Yang kedua adalah arah, yaitu serangkaian tindakan yang diambil guna mencapai tujuan. Arah sangat dipengaruhi oleh apa yang sangat diinginkan oleh seorang individu. Dan yang ketiga adalah pemeliharaan perilaku sampai tercapainya tujuan, pemeliharaan sama dengan berapa lama seseorang bertahan dengan arahnya ketika muncul kesulitan. (Di Cesare dan Sadri, 2003).

Motivasi merupakan sebuah fenomena, ini merupakan kekuatan yang membuat seseorang bangun dari tidurnya di pagi hari. Meskipun akan ada kesamaan faktor yang membuat individu yang berbeda berperilaku dengan cara sama namun setiap individu itu unik dan berbeda dalam hal apa yang memotivasi mereka. Sebagai contoh, uang bisa jadi menjadi motivator yang dominan buat seseorang untuk pergi ke tempat kerja namun semua orang memiliki pandangan yang berbeda tentang pentingnya uang sebagai motivator. Selain itu, setelah motivator dominan (contohnya uang) menyatu dengan perilaku tertentu (contohnya bekerja) maka setiap individu akan berfokus pada motivator lain seperti aktualisasi diri, kondisi tempat kerja dll. Proses motivasi dipicu oleh persepsi orang tentang diri secara aktual dan diri ideal yang diharapkan. Setiap orang memiliki identitas diri yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, perasaan, keyakinan dan kemampuan. Setiap orang juga memiliki diri yang ideal (keinginan untuk menjadi berbeda dari diri mereka sebenarnya). Perbedaan antara diri secara aktual dan diri yang ideal  dianggap sebagai kebutuhan (Rollison, 2008). Sebagai contoh perbedaan antara kemampuan individu untuk memimpin orang-orang di tempat kerja dan tingkat keterampilan yang orang lain harapkan maka ia akan berusaha (termotivasi) untuk meningkatkan keterampilannya dalam memimpin.

Para ahli teori motivasi kerja membedakan antara motivator intrinsik, motivator ekstrinsik, dan motivator sosial, namun ada ketidaksepakatan pada perbedaan ini karena salah satu motivator dapat diklasifikasikan secara berbeda tergantung pada konteks tempat kerja. Sastra mendifinisikan motivator intrinsik merupakan segala sesuatu yang berasal dari sifat pekerjaan itu sendiri, seperti kepuasan kerja, pengembangan diri, pengakuan dari manajer atau minat dalam pekerjaan. Motivator ekstrinsik adalah segala sesuatu yang berada di luar kendali individu tersebut, seperti kenaikan gaji, bonus dll. Sedangkan motivator sosial berasal dari keadaan ketika seseorang dengan orang lain memiliki tujuan yang sama sebagai satu kelompok atau tim (Bratton,2007).




Jika kita dapat memahami proses motivasi dan apa yang memotivasi karyawan maka kita dapat mempengaruhi mereka berperilaku. Tidak ada teori yang diterima secara universal tentang motivasi di tempat kerja, namun ada sejumlah teori populer yang menjelaskan apa yang memotivasi karyawan di tempat kerja, contohnya Teori Hierarki kebutuhan Maslow, Teori dua faktor Herzberg, Teori X dan Y Douglas McGregor, dll. Teori-teori tersebut dapat digunakan sebagai referensi yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan di tempat kerja atau lebih tepatnya memberikan cara untuk membuat lingkungan kerja yang nyaman sehingga karyawan termotivasi dan dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan.

Penulis : Budiman, S.E.

0 comments: