Perubahan dalam Organisasi
Seperti yang kita ketahui dunia bisnis itu bersifat dinamis. Saat ini
pasar semakin kompetitif. Perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk
mendapatkan pangsa pasar lebih banyak. Dalam kondisi seperti ini perusahaan
harus mampu beradaptasi dan harus meningkatkan daya saing agar perusahaan tetap
bisa survive. Perusahaan dipaksa
untuk melakukan perubahan agar mampu bersaing dengan yang lainnya. Ada beberapa
hal yang menyebabkan perusahaan harus melakukan perubahan, yaitu adanya faktor
eksternal yang berupa perkembangan teknologi, faktor ekonomi, peraturan
pemerintah dan faktor internal berupa masalah-masalah
sumber daya manusia.
Perubahan merupakan hal yang tidak mudah dilakukan dan tidak semua orang mau melakukan perubahan, karena
ketika kita melakukan perubahan itu artinya kita harus keluar dari zona nyaman
dan mengubah rutinitas-rutinitas yang biasanya kita lakukan. Perlu adanya
kesiapan untuk menghadapi perubahan, karena perubahan tidak selalu menghasilkan
dampak positif atau kadangkala justru tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Menurut Rhenald Kasali ada beberapa hal yang mengakibatkan perubahan
tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, yaitu:
1.
Kepemimpinan yang tidak cukup kuat
Pemimpin yang kuat sangat dibutuhkan dalam melakukan perubahan, karena
tanpa kehadirannya, perubahan tak cukup berenergi untuk bergulir seperti yang
diharapkan. Pemimpin yang kuat bukan berarti pemimpin yang otoriter melainkan
pemimpin yang memiliki wibawa, yang ahli, dapat dipercaya, dan memiliki arahan
yang jelas.
2.
Salah melihat Reformasi
Para birokrat terkadang menganggap reformasi adalah reorganisasi. Padahal
reorganisasi adalah mengubah bentuk organisasi, sedangkan reformasi adalah
mengubah sumber daya manusianya. Apabila tidak ada upaya untuk mengubah rutinitas
manusianya, reorganisasi tidak akan membawa perubahan apa-apa.
3.
Sabotase di tengah jalan
Dalam melakukan perubahan pasti akan menghadapi tantangan. Dapat
dimungkinkan akan terjadi resistensi terhadap perubahan tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan adanya sabotase, seperti fitnah, membuat peraturan-peraturan yang
menyulitkan, menggerakkan gejolak keresahan buruh, penggantian pimpinan, sampai
pembunuhan atau penculikan tokoh-tokoh kunci perubahan.
4.
Komunikasi yang tidak begitu bagus
Saat menjalankan perubahan, seringkali kita temui orang-orang yang
memberikan informasi yang menyesatkan. Padahal komunikasi sangat dibutuhkan
dalam perubahan, karena komunikasi yang tidak bagus menyulitkan diri sendiri
sebab pemimpin tidak akan pernah menang melawan persepsi.
5.
Masyarakat yang tidak cukup mendukung
Perubahan membutuhkan dukungan dari masyarakat. Dukungan tersebut akan lebih
baik berupa tindakan riil bukan hanya ucapan saja.
6.
Proses “Buy-In” (keterlibatan) tidak berjalan
Perubahan yang dilakukan seharusnya melibatkan seluruh masyarakat dalam
Organisasi. Atasan boleh saja memberikan gagasan, namun gerakannya harus dirasa
dimiliki oleh semua orang, karena proses yang hanya dimiliki para pemimpin
tidak akan pernah bertenaga dalam bergerak.
Selain itu, proses perubahan akan terhambat apabila terjadi resistensi
dari masyarakat Organisasi. Seorang pemimpin harus segera bertindak apabila hal
ini terjadi. Ada beberapa upaya untuk mengatasi resistensi dalam perubahan.
Upaya tersebut dilakukan secara bertahap untuk menyikapi anggota
Organisasi yang enggan melakukan perubahan. Tahap awal seorang pemimpin harus
melakukan komunikasi terkait dengan perubahan yang akan dilakukan. Komunikasi
dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis atau keduanya. Dalam komunikasi
tersebut seorang pemimpin harus menjelaskan alasan-alasan dilakukannya
perubahan serta tujuan dan manfaat dari perubahan. Selanjutnya, perlu adanya
identifikasi kelompok yang resisten terhadap perubahan yang kemudian kelompok
tersebut harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Dalam melakukan
perubahan, agen perubahan sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi dan membantu
anggota Organisasi ketika menghadapi kesulitan. Seminar ataupun pelatihan bisa
saja dilakukan untuk meningkatkan pemahaman anggota Organisasi tentang
perubahan. Tahap selanjutnya adalah negosiasi. Negosiasi dilakukan apabila
terjadi resistensi dari orang-orang tertentu. Kemudian tahap manipulasi, yaitu
menggunakan kekuasaan untuk memanipulasi kepatuhan, seperti misalnya memberikan
reward bagi anggota yang mau
melakukan perubahan. Tahap terakhir adalah dilakukan paksaan bagi anggota yang
menentang perubahan, seperti misalnya mengancam bahwa akan mencabut imbalan dan
memberi surat teguran untuk menghentikan kontrak.
Apabila perubahan tersebut berhasil dilakukan dan memberi harapan yang
baik bagi perusahaan, tidak ada salahnya melakukan terus perubahan seiring
berkembangnya jaman. Jadilah perusahaan atau Organisasi yang adaptif agar tetap
bisa survive. Jadi, jangan takut berubah, untuk menjadi yang lebih baik.
Penulis : Anna Antyaning Kusmawarsari, S.E.
0 comments: