Motivasi Karyawan
Kinerja karyawan tidak terlepas dari motivasi para pelakunya sendiri.
Motivasi mendorong karyawan untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan dengan maksud agar tujuan tercapai, baik tujuan
individu maupun tujuan organisasi. Motivasi yang ada dalam setiap
individu berbeda antara yang satu dan yang lain.
Misi yang dimiliki oleh Perusahaan tentu saja tidak dapat terwujud tanpa
peran karyawan yang dimilikinya. Disini peran motivasi karyawan
merupakan hal yang sangat sentral untuk dapat mewujudkan misi
organisasi. Motivasi yang ada dalam setiap orang adalah tidak sama,
berbeda antara yang satu dan yang lain. Untuk itu diperlukan pengetahuan
mengenai pengertian, dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik
menciptakan situasi, sehingga menimbulkan dorongan bagi mereka untuk
berbuat atau berperilaku sesuai apa yang dikehendaki individu
lain/organisasi.
Robbins (2002) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam
usaha untuk mencapai tujuan. Ada tiga kata kunci dalam motivasi menurut
Robbins, yaitu intensitas, tujuan dan ketekunan. Intensitas menyangkut
seberapa besarnya seseorang berusaha. Namun intensitas yang tinggi tidak
akan membawa hasil yang diinginkan jika tidak diarahkan ke suatu tujuan
yang menguntungkan organisasi. Ketekunan berkaitan dengan berapa lama
seseorang dapat mempertahankan usahanya. Seseorang yang termotivasi akan
bertahan cukup lama pada pekerjaannya untuk mencapai tujuan.Motivasi
mendorong karyawan untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan dengan maksud agar tujuan tercapai, baik tujuan individu
maupun tujuan organisasi.
Maslow (1970) mengelompokan motivasi mengacu pada lima kebutuhan pokok
yang disusun secara hirarkis. Tata lima tingkatan motivasi secara secara
hierarkis ini adalah :
1. Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan initerlihat
dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan,
kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan
fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari
seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan
produktivitas yang tinggi bagi organisasi. Apabila kebutuhan ini belum
terpenuhi maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (Safety Needs). Kebutuhan ini
mengarah
kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam
kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai
karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila
dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya.
3. Kebutuhan sosial (Social Needs). Kebutuhan akan kasih sayang dan
bersahabat
(kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan
diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan
dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam
organisasi.
4. Kebutuhan akan prestasi dan penghargaan (Esteem Needs). Kebutuhan akan
kedudukan
dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam
statusnya seseorang serta prestise yang ditampilkannya.
5. Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization). Setiap orang
ingin
mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan
kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan seringkali nampak pada
hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam
motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk
dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk
dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan diri
sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan
pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan
oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan
yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang
memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus
selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
Herzberg (1990) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor
yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi
dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan
sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri)
serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah
dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya. Teori Herzberg melihat ada
dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik
yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan
faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri
seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang
memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan inovasinya, bekerja dengan
tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat.
Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang
bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh
faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan
oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan
hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (Sondang, 2002).
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990) yaitu :
1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang dan
1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang dan
yang mencakup perasaan berprestasi,bertanggung jawab, kemajuan, dapat
menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.
2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang
bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
3. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan
menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
1. Maintenance Factors. Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan
1. Maintenance Factors. Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan
dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan
kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena
kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
2. Motivation Factors. Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan
psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor
motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang
berkaitan langsung dengan pekerjaan.
Penelitian Edlund dan Nilsson (2007) yang dilakukan pada para karyawan
dari 2 (dua) perusahaan swasta di Swedia, bertujuan untuk meneliti
faktor-faktor yang berperan penting dalam mengelola motivasi kerja
karyawan. Faktor-faktor yang diteliti adalah faktor-faktor motivasi yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik, jenis kelamin (gender), dan umur
(age) para karyawan.
Berdasarkan hasil analisis statistik, yang diperdalam dengan analisis kualitatif, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa:
1. Mengelola motivasi karyawan merupakan tugas yang menduduki peringkat
1. Mengelola motivasi karyawan merupakan tugas yang menduduki peringkat
utama dari daftar tugas dan tanggungjawab para manajer perusahaan.
2. Dalam 5 tahun terakhir ini, terjadi pergeseran bahwa dalam bekerja karyawan
cenderung lebih kuat didorong oleh faktor-faktor motivasi intrinsik (antara lain
merasa dibutuhkan dan berarti dalam bekerja, aktualisasi kompetensi yang
dimiliki, memiliki kebebasan memilih alternatif, dan mengetahui
kemajuan dan prestasi pekerjaannya), dimana sebelumnya peranan
faktor-faktor ekstrinsik lebih dominan (gaji, insentif, dan lain-lain).
3. Tidak terdapat perbedaan yang berarti dalam mengelola motivasi karyawan
karena faktor perbedaan jenis kelamin (gender) dan faktor umur (age).
Mampu menjadi motivator yang baik merupakan sebuah hal mutlak yang harus
dimiliki seorang manager atau pimpinan dalam organisasi. Motivasi akan
memberikan inspirasi, dorongan, semangat kerja bagi karyawan sehingga
terjalin hubungan kerja yang baik antara karyawan dan pimpinan sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal. Bagitu juga motivasi
berkaitan erat dengan usaha, kepuasan pekerja dan performance pekerjaan
(Gomes 1995).
Agar tercapai keberhasilan seorang manager atau pimpinan dalam
memotivasi bawahannya, sebaiknya ada suatu lingkungan dimana
tujuan-tujuan motivasi tersedia tujuan-tujuan motivasi tersebut antara
lain:
- Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
- Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
- Meningkatkan produktivitas karyawan
- Mempertahankan loyalitas dan kesetabilan karyawan perusahaan
- Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan
- Mengefektifkan pengadaan karyawan
- Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
- Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan
- Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
- Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
- Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
- Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
- Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
- Meningkatkan produktivitas karyawan
- Mempertahankan loyalitas dan kesetabilan karyawan perusahaan
- Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan
- Mengefektifkan pengadaan karyawan
- Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
- Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan
- Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
- Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
- Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
Peran pemimpin atau manager tidak akan berjalan maksimal apabila seorang
pemimpin atau manager tersebut tidak memiliki kemampuan dalam
memotivasi bawahan. Dalam artibawahan dapat patuh mengikuti apa kata
sang pemimpin, hanya jika sang pemimpin mampu mendorong atau memotivasi
mereka sehingga mereka dapat terdorong untuk melakukan suatu tindakan
yang terarah pada tujuan bersama, yaitu tujuan organisasi.
Magna Transforma sebagai sebuah lembaga konsultan manajemen tentunya
sangat menyadari pentingnya hal ini. Melalui pelatihan “Leadership For
Manager” diyakini efektif dalam memberi banyak pembekalan berharga
kepada para manager atau pemimpin organisasi termasuk didalamnya
mengenai cara mendorong, ,mengarahkan, serta memotivasi bawahan.
0 comments: