Perlukah Manajemen Perubahan dalam Bisnis Masa Kini?
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Jim Collins pada akhir tahun sembilanpuluhan terhadap 20.400 organisasi bisnis (perusahaan) yang dibagi berdasarkan industrinya masing-masing, Collins berpendapat bahwa terdapat dua kelompok perusahaan, yaitu kelompok perusahaan yang baik (good company) dan kelompok perusahaan yang hebat (great company). Karakteristik yang membedakan kedua kelompok perusahaan itu adalah;
1. Kepemimpinan
2. Karyawan yang kompeten pada posisi yang tepat (right man on the right place)
3. Sikap fokus yang pantang menyerah
4. Menjadi yang terbaik dalam bidangnya
5. Budaya disiplin
6. Teknologi kebagai pengungkit
1. Kepemimpinan
2. Karyawan yang kompeten pada posisi yang tepat (right man on the right place)
3. Sikap fokus yang pantang menyerah
4. Menjadi yang terbaik dalam bidangnya
5. Budaya disiplin
6. Teknologi kebagai pengungkit
Gambar berikut menjelaskan konsep dari karakteristik perusahaan hebat tersebut:
Penelitian yang dilakukan diakhir tahun sembilanpuluhan ini dituangkan dalam buku berjudul Good to Great yang menjadi buku international best seller di awal tahun duaribuan. Namun dalam perkembangannya di tahun 2008, negara Amerika Serikat terkena dampak krisis ekonomi yang menyebabkan runtuhnya perusahan-perusahaan di Amerika Serikat termasuk perusahaan dengan kategori hebat menurut Jim Collins. Oleh karena itu, Jim Collins meneruskan penelitiannya untuk mencari pola penyebab runtuhnya perusahaan-perusahaan hebat tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya ketidakdisiplinan organisasi dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan strategi yang ada menyebabkan adanya sikap menampik dan mengesampingkan resiko. Dalam kondisi normal perusahaan akan berjalan normal, namun di saat krisis ekonomi eksternal melanda, maka perusahaan akan kehilangan kendali yang menyebabkan perusahaan begitu rentan, tidak berdaya, dan akhirnya melakukan berbagai kegiatan yang sporadis namun tidak mendatangkan hasil yang baik. Gambar berikut menunjukkan pola jatuhnya perusahaan bahkan perusahaan dengan kategori hebat sekalipun.
Gambar 3. Pola Kebangkrutan Perusahaan
Sumber: Jim Collins, How The Mighty Fall: And Why Some Companies Never Give In, HarperCollins: New York, 2009
Sumber: Jim Collins, How The Mighty Fall: And Why Some Companies Never Give In, HarperCollins: New York, 2009
Pendapat Jim Collins ini ditulis dalam bukunya yang berjudul How The Mighty Fall: And Why Some Companies Never Give In. Dalam buku ini terdapat ilustrasi yang menarik bahwa organisasi bisnis dianalogikan seperti tubuh manusia. Saat tubuh manusia masih bisa bangun pagi, beraktifitas normal, dan melakukan kegiatan rutin sehari-hari secara normal, manusia cenderung menyangkan kalau di dalam tubuhnya terdapat potensi penyakit. Mungkin koresterolnya sudah di atas ambang batas, mungkin tekanan darahnya tinggi, mungkin kadar gulanya sudah tinggi di atas toleransi, dst. Namun selama tubuh manusia masih bisa beraktifitas normal, maka sikap meyangkal dan tidak disiplin dalam perilaku sehari-hari nyata dilakukan seperti tidak berolahraga, tidak menjadi porsi dan menu makanan, tidak hidup seimbang menurut ukuran kesehatan. Selama keadaan eksternal normal, maka tindakan tersebut tidak banyak masalah. Terlebih bahwa data dan informasi potensi penyakit tsb tidak mudah untuk didapat kecuali melalui uji kesehatan darah di laboratorium. Kapan terjadi pengakuan bahwa tubuh manusia tadi mengandung potensi penyakit? Jawabannya adalah manusia sadar bahwa dia sedang sakit ketika dia benar-benar sakit, terkapar di tempat tidur, tidak mampu beraktifitas rutin seperti biasanya, atau bahwa harus dirawat inap di rumah sakit. Jika sudah terbaring sakit, dengan sangat mudah kita mempunyai data dan informasi bahwa tubuh manusia ini sedang sakit dan perlu pertolongan dokter dan obat-obatan.
Dari sisi biaya kita juga dapat mengatakan bahwa jauh lebih murah untuk melakukan pencegahan daripada pengobatan. Dari sisi efektifitas kesehatan kita dapat mengatakan bahwa mencegah lebih efektif daripada mengobati. Namun pencegahan menuntut manusia untuk mawas diri dan hidup disiplin, sedangkan pengobatan biasanya terjadi sudah dalam kondisi yang agak terlambat. Jika ilustrasi tubuh manusia ini kita analogikan kepada organisasi, maka saat semua berjalan normal kita dapat mengatakan semua baik-baik saja. Perlu upaya ekstra untuk mendapatkan data dan informasi tentang potensi ketidakberesan organisasi di saat semua berjalan normal, layaknya perlu uji laboratorium pada tubuh manusia. Ketidakdisipinan organisasi juga menjadi kontributor besar dalam memperparah ketidakberesan. Saat badai krisis ekternal datang, maka semua potensi ketidakberesan tadi menjadi nyata dalam organisasi, yaitu kesulitan keuangan, kualitas dan kuantitas pelanggan menurun, banyak masalah operasional, dsb. Saat inilah nyata organisasi sedang tidak beres dan seolah-olah semua menjadi agak terlambat.
Jika kita amati grafik dalam gambar 3 di atas, terlihat bahwa awal kegagalan dimulai dari kesombongan dan ketidakpedualian terhadap masalah-masalah kecil yang ada di dalam organisasi. Sering kita dengar kalimat dari pegelola organisasi yang mengatakan, “ Dengan cara ini juga sudah jalan kok, kenapa harus repot-repot untuk memperbaiki atau mengembangkannya.” Hal ini sebenarnya sama dengan pernyataan sesesorang yang tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya dengan mengatakan,” Ngapain sekolah, hasilnya juga cuma selembar kertas ijasah, tidak bersekolah juga bisa hidup kok.” Pernyataan-pernyataan seperti itu merupakan pernyataan yang menyederhanakan persoalan, dan penyertaan yang dapat kita katakan tidak bijaksana di jaman sekarang ini. Kita tahu bahwa globalisasi dan teknologi informasi yang berkembang saat ini menjadikan ketergantungan dan integrasi antar berbagai aspek kehidupan menjadi nayata. Gaya hidup masyarakat berubah, komunikasi menyebabkan cara memesarkan produk berbeda. Kampanye politik berubah, dan sebagainya. Kesombongan menyebabkan kelengahan, tidak mempersiapakan diri, menyederhanakan persoalan, kemudian menyebabkan perilaku yang tidak disiplin, dan akhirnya menyangkal adanya resiko. Di masa-masa semua berjalan normal memang terkesan tidak ada masalah, namun ketika ada keadaan tidak normal yang disebabkan oleh krisis external, maka disitulah akan membedakan organisaasi yang siap menghadapi krisis karena mereka memepersiapkan diri sebelumnya. Organisasi yang “tidak sehat” segera akan kena serangan “penyakit” sedangkan organisasi yang selalu menjadi stamina akan lebih tegar menghadapi masa-masa sulit tersebut.
Oleh karena itu kunci disiplin begitu penting bagi organisasi dewasi ini. Jim Collins melanjutkan penelitiannya dan dituangkan dalam buku berjudul Great by Choise. Dalam buku ini Jim Collins mengatakan bahwa ada tiga hal penting yang perlu dilakukan oleh organsisasi untuk dalam stamina yang bugar (fit), waspada, dan siap menghadapi krisis eksternal yang pasti akan datang setiap saat . Gambar berikut menjelaskan tidak hal yang perlu dilakukan organisasi dewasa ini dalam situasi global yang tidak menentu.
Gambar 4. Tiga Pokok Organisasi Hebat
Sumber: Jim Collins, Great by Choise, HarperCollins: New York, 2011
Sumber: Jim Collins, Great by Choise, HarperCollins: New York, 2011
Disiplin yang fanatik didefisikan sebagai aksi yang konsisten oleh seluruh anggota organsasi dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Kreatifikats yang empiris dijelaskan bahwa semua data dan informasi yang dibutuhkan terdapat dalam perusahaan, sehingga kreatifitas yang didasarkan pada data dan informasi internal perusahaan merupakan faktor yang utama dibanding meniru kegiatan dan program dari organsasi lain. Kembali bahwa upaya dan disiplin untuk mengukur dan menghadirkan data di dalam perusahaan menjadi penting untuk dilakukan. Saat ini kita kenal dengan adanya dasboard management yang dapat memberikan data dan informasi kepada organisasi. Konsep Balanced Scorecard akan membantu dalam hal ini dan akan kita bahas di bab-bab selanjutnya. Faktor ketiga adalahproduktifitas yang paranoid, yaitu suatu sikap anggota organisasi utk berkontribusi maksimal, lebih besar dari hanya sekedar menjalankan tugas, SOP, atau job description. Dengan andanya semangat kerja dan timyang kompak akan menjadikan kegiatan dispilin dan kreatif menjadi suatu siklus yang berulang-ulang sehingga menjadikan organisasi ini menjadi organisasi yang ambisius.
Jika kita amati dalam rentang waktu atas penelitian JimCollins terhadap 20.400 organisasi bisnis di atas, maka dalam waktu sekitar 10 tahun saja, organisasi yang tadinya dikategorikan hebat menjadi runtuh. Dalam waktu hanya 10 tahun saja perubahan global begitu nyata dan cepat merubah segala sesuatu. Oleh karena itu di tahap ini dapat kita katakan bahwa perubahan pasti akan datang dan semakin cepat. Organisasi perlu dengan tepat merespons perubahan ini dengan strategi yang tepat, manajemen yang baik, dan kepemimpinan yang solid.
0 comments: